Dari Wikipedia bahasa Indonesia, ensiklopedia bebas
Belum Diperiksa
Gita Irawan Wirjawan
Lahir 21 September 1965 (umur 45)
Jakarta, Indonesia
Pekerjaan pengusaha, pendiri Ancora Capital
Gita Wirjawan (lahir di Jakarta, 21 September 1965; umur 45 tahun[1]) adalah pengusaha asal Indonesia[1]. Nama lengkapnya Gita Irawan Wirjawan, putra dari pasangan Wirjawan Djojosoegito (almarhum) dan Paula Warokka Wirjawan[2]. Pada 2008, ia mendirikan perusahaan Ancora Capital (tempo), perusahaan investasi di bidang sumber daya dan pertambangan.[rujukan?] Ia mendirikan perusahaan tersebut setelah ia memutuskan mundur dari kursi presiden direktur JP Morgan Indonesia yang ia jabat 2006-2008[2].
Kesuksesannya dalam mengelola perusahaan berbekal kekuatan relasi yang ia bangun sejak kuliah di Harvard[2]. Ancora Capital sendiri berfokus pada investasi di sektor energi dan sumber daya alam[3]. Kesuksesan Gita dalam mengelola perusahannya dibuktikan ketika dalam hitungan bulan, Ancora berasil mengambil alih sebagian saham beberapa perusahaan besar seperti PT Bumi Resources Tbk, Selain itu, ia juga merupakan salah satu komisaris PT Pertamina[3].
Daftar isi [sembunyikan]
1 Karier dan Kehidupan
1.1 Jazz dan golf
1.2 Ancora Foundation
2 Pemikiran
3 Referensi
[sunting]Karier dan Kehidupan
Gita menempuh pendidikan S-1 di Amerika Serikat.[rujukan?] Ia menyelesaikan kuliahnya di Kennedy School of Government, Harvard University, pada 1992 [2]. Ia mengambil jurusan administrasi bisnis.[rujukan?] Selepas kuliah, ia memulai keriernya dengan bekerja di Citibank[1]. Pada 1999, dia mengambil kuliah S-2 jurusan public administration (administrasi Publik) di Harvard University dan lulus pada 2000 [1]. Selesai S-2, ia bekerja di Goldman Sachs Singapura, sebuah bank yang didirikan oleh Marcus Goldman[4]. Gita bekerja di sana hingga 2004.[rujukan?] Tahun berikutnya dia pindah ke ST Telekomunikasi sampai 2006 juga di Singapura, Gita kemudian bekerja di JP morgan Indonesia sebagai direktur utama[5]. Gita menjadi direktur di sana 2006-2008[5].
Gita mundur dari JP Morgan pada April 2008 dan mendirikan Ancora Capital.[rujukan?] Perusahaan barunya ini berfokus pada investasi di sektor energi dan sumber daya alam[1]. Di Ancora, Gita membuktikan kepiawaian dalam mengelola perusahaan yang bergerak di bidang financial.[rujukan?] Dalam hitungan bulan, perusahaan ini mengambil alih sebagian saham PT Apexindo Pratama Duta Tbk, PT Bumi Resources Tbk, PT Multi Nitrat Kimia, perusahaan properti di Jakarta, dan sebuah perusahaan properti di Bali[1]. Keberhasilan Gita memimpin Ancora adalah berkat banyak mengandalkan koneksinya saat kuliah di Harvard[2].
[sunting]Jazz dan golf
Gita merupakan pecinta musik terutama jazz[1]. Gita mendirikan mendirikan rumah produksi musik bernama Omega Pacific Production[2]. Album-album yang diluncurkan lebih banyak bercorak jazz.[rujukan?] Ia memproduksi album jazz bagi pianis Nial Djuliarso, grup jazz Cherokee, dan Bali Lounge I dengan vokalis Tompi[2]. Beberapa lagu dalam album-album itu dia tulis atau aransemen sendiri.[rujukan?] Selain memproduksi album jazz, Gita mengeluarkan album pop, seperti Tompi, Bali Lounge II, dan album Dewi Lestari[2].
Pada akhir 2009, tepatnya pada Rabu, 11 November, Gita resmi bergabung dengan Kabinet Indonesia Bersatu II.[rujukan?] Gita memeroleh jabatan baru yakni sebagai Kepala Badan Koordinasi dan Penanaman Modal (BKPM)[6]. Sebagai Kepala BKPM, Gita bertugas membenahi permasalahan permasalahan investasi yang ada di Indonesia[7].
Gita juga merupakan pecinta olahraga golf.[rujukan?] Kecintaannya pada golf dia tunjukkan dengan mendirikan sekolah Ancora Golf untuk mencari bibit pegolf muda dari Indonesia[2]. Murid-murid Ancora Golf dididik instruktur dari Singapura untuk dipersiapkan mewakili Indonesia dalam kompetisi internasional.[rujukan?] Biaya hidup murid Ancora juga ditanggung Gita.[rujukan?] Gita juga menyiapkan asrama bagi anka didiknya.[rujukan?] Asrama itu bahkan dilengkapi fasilitas seperti televisi plasma, Wi-Fi, dan penyejuk udara[2].
[sunting]Ancora Foundation
Gita merupakan pendiri Ancora Foundation, sebuah yayasan yang bergerak dibidang kemanusiaan khususnya pendidikan[5]. Oraganisasi berfokus pada donasi pendidikan untuk pemuda Indonesia.[rujukan?] Yayasan ini telah membuat beberapa program beasiswa antara lain[5]:
Ancora Foundation Graduate Fellowship Fund di John F. Kennedy School of Government, Harvard University
Ancora Foundation Graduate Fellowship Fund di University of Cambridge
Ancora Foundation Graduate Fellowship Fund di University of Oxford
Ancora Foundation Graduate Fellowship Fund di Nanyang Technological University
Ancora Foundation Scholarship di Universitas Paramadina
Ancora Foundation Scholarship di Universitas Multimedia Nusantara
The Ancora-Khazanah Scholarship Program
The Ancora Scholarship Program di Jawa Barat
[sunting]Pemikiran
Sebenarnya latar belakang Gita keluar dari JP Morgan adalah karena ia telah mengetahui lebih dulu mengenai krisis finansial di AS pada 2007[2]. Ia mengetahui bahwa dampaknya akan mendunia.[rujukan?] Kala itu ia telah berusaha memberi tahu beberapa ekonom dan pemerintah.[rujukan?] Sayang, tidak ada yang peduli[2]. Maka, dari itu, ia mendirikan sebuah perusahaan yang bergerak di bidang investasi.[rujukan?] Perusahaan itulah yang bernama Ancora Capital.[rujukan?] Perusahaan ini ia siapkan untuk membeli saham-saham perusahaan yang ia perkirakan akan rugi karena krisis keuangan global itu[2].
Dalam hal investasi, Gita meyakini bahwa pembangunan di Indonesia masih memerlukan bantuan keuangan[1]. Indonesia sebagai negara berkembang, menurut Gita memerlukan investasi asing (foreign investment)sebagai penunjang kekuarangan modal (capital) yang terjadi[1]. Gita mengumpamakan Indonesia adalah sebuah bangunan yang kekurangan dana untuk membuat atapnya[1].
Maka dari itu, bantuan dari luar sebaiknya tidak ditanggapi negatif[1]. Dengan sudut pandang positif, bantuan ini harus diartikan sebagai modal untuk membangun kekuatan ekonomi.[rujukan?] Dan kebetulan pihak luar negeri memiliki sumber bantuan tersebut.[rujukan?]Sebenarya seharusnya memang orang Indonesia sendiri yang mengelola sumber dayanya sendiri, tetapi untuk periode tertentu bantuan masih dibutuhkan[1].
Akan tetapi, Gita tetap mengakui bahwa meminta bantuan dari luar negeri memang dilematis.[rujukan?] Sebagian kalangan menilai bahwa ini tidak nasionalis dan hanya membahayakan kondisi ekonomi dalam negeri.[rujukan?] Bagi Gita, pandangan itu salah.[rujukan?] Bantuan dari luar negeri seharusnya diartikan sebagai dukungan untuk membangun ekonomi negara bukan menjual negara.[rujukan?] Sekali lagi, ia menegaskan bahwa bantuan itu harus ditanggapi dengan pola pikir (mindset) positif
SEPERTI DI KUTIF www.inilah.com
Bagi Kepala Badan Koordinasi Pasar Modal, Gita Wirjawan, peningkatan investasi di dalam negeri juga harus didukung masyarakat. Salah satunya menggunakan produk dalam negeri. Seperti sepatu yang ia pakai.
"Sepatu ini bikin, di sepanjang jalan apa itu? Cibaduyut (Bandung)," ungkap Gita yang juga lulusan University of Texas AS, sambil menunjuk ke arah sepatunya, di Hotel Grand Hyatt Bali, akhir pekan lalu.
Ia mengungkapkan kalau harga sepatu domestiknya tersebut sekitar Rp100 ribu, cukup terjangkau bila dibandingkan harga sepatu di pusat perbelanjaan yang bisa menembus Rp200 ribu. "Iya, Rp100 ribu. Mungkin rugi," candanya.
Pria yang punya pengalaman sebagai Presdir Grup Ancora Capital serta di sejumlah perusahaan asing seperti Citibank dan JP Morgan Indonesia serta komisaris PT Pertamina itu mengaku senang menggunakan sepatu produksi dalam negeri ini.
Menurutnya, saat ini, industri sepatu Indonesia telah banyak mengalami kemajuan. Sepanjang tahun lalu saja, nilai ekspornya mencapai US$2,1 miliar dengan jumlah 250 juta pasang sepatu.
Tahun ini, ekspor sepatu diharapkan bisa mencapai US$3,2 miliar atau setara dengan 400 juta pasang sepatu. "Sekarang 400 juta pasang. Kita ingin tingkatkan posisi tiga besar. Nomor satu tetap Cina, kemudian Vietnam. Itu sepatu Nike, dibuat di Tangerang," seloroh anak bungsu dari lima bersaudara pasangan dr Wirjawan Djojosugito dan Paula Wirjawan ini.
Sosok Gita Wirjawan sebelumnya dikenal sebagai profesional. Pria yang lahir di Jakarta 21 September 1965 itu telah banyak melintang di industri keuangan dan perbankan sebelum kemudian menduduki jabatan Kepala BKPM.
No comments:
Post a Comment